Setitik Air Mata
ada perasaan yang tersisa..
ketika aku berpikir kamu sudah pergi jauh-jauh dari dalam sana dan akhirnya membiarkan hatiku sedikit tenang tanpa kehadiranmu yang mengganggu.
ada saja yang masih belum selesai..
ketika kupikir rasa ini sudah habis oleh luka yang kusebabkan sendiri, kumunculkan sendiri, dan lirih kuusir pergi.
aku tidak berbicara pada siapa siapa karena aku tidak mengharapkan mereka mengerti. sakit ini ada karena aku masih juga berharap dalam hamparan ketidakmungkinan yang kamu tawarkan, atau mungkin yang kamu sodorkan karena aku pun juga rela membiarkan kamu menyandera segalanya.
ketika kupikir semua perasaan yang ada bisa jadi sudah hilang sepenuhnya, itu hanya khayalan belaka. Tuhan belum mengijinkan itu terjadi. belum juga Dia menghilangkannya dari ku.
tapi apa gunanya ini semua? aku tidak akan pernah bisa menjadikannya sebagai hakku, tidak juga ia akan memilihku. jadi, untuk apa?
perasaan ini indah sekali, tapi bolehkah aku meminta supaya ia cepat dihilangkan saja? supaya aku sedikit tenang menjalani detik-detik berikutnya meskipun tanpa ada dia.
perasaan ini membawa kebahagiaan yang luar biasa, tapi juga menyayatkan luka yang sakitnya amat sangat bahkan hanya ketika melihatnya tersenyum tanpaku.
perasaan ini begitu diluar perkiraan, tapi kukira sudah cukup sampai di sini saja. jangan lebih lagi, Tuhan.
kalau saja aku memang dipikir kuat, kalau saja aku memang dirasa mampu, kalau saja aku memang dikira bisa menghadapinya.
tapi sekarang tidak lagi. aku ingin pergi karena sudah tidak sanggup menahan sementara tatapan mata itu bagaimanapun akan mengikutiku setiap harinya.
maaf Tuhan, aku sudah tidak lagi mampu..
regards,
neneng
ketika aku berpikir kamu sudah pergi jauh-jauh dari dalam sana dan akhirnya membiarkan hatiku sedikit tenang tanpa kehadiranmu yang mengganggu.
ada saja yang masih belum selesai..
ketika kupikir rasa ini sudah habis oleh luka yang kusebabkan sendiri, kumunculkan sendiri, dan lirih kuusir pergi.
aku tidak berbicara pada siapa siapa karena aku tidak mengharapkan mereka mengerti. sakit ini ada karena aku masih juga berharap dalam hamparan ketidakmungkinan yang kamu tawarkan, atau mungkin yang kamu sodorkan karena aku pun juga rela membiarkan kamu menyandera segalanya.
ketika kupikir semua perasaan yang ada bisa jadi sudah hilang sepenuhnya, itu hanya khayalan belaka. Tuhan belum mengijinkan itu terjadi. belum juga Dia menghilangkannya dari ku.
tapi apa gunanya ini semua? aku tidak akan pernah bisa menjadikannya sebagai hakku, tidak juga ia akan memilihku. jadi, untuk apa?
perasaan ini indah sekali, tapi bolehkah aku meminta supaya ia cepat dihilangkan saja? supaya aku sedikit tenang menjalani detik-detik berikutnya meskipun tanpa ada dia.
perasaan ini membawa kebahagiaan yang luar biasa, tapi juga menyayatkan luka yang sakitnya amat sangat bahkan hanya ketika melihatnya tersenyum tanpaku.
perasaan ini begitu diluar perkiraan, tapi kukira sudah cukup sampai di sini saja. jangan lebih lagi, Tuhan.
kalau saja aku memang dipikir kuat, kalau saja aku memang dirasa mampu, kalau saja aku memang dikira bisa menghadapinya.
tapi sekarang tidak lagi. aku ingin pergi karena sudah tidak sanggup menahan sementara tatapan mata itu bagaimanapun akan mengikutiku setiap harinya.
maaf Tuhan, aku sudah tidak lagi mampu..
regards,
neneng
Post a Comment