Tentang Kedatangannya

Ketika seseorang datang dan menyentuh hatimu, bolehkah kau mengatakan bahwa ia satu-satunya?
Bukankah sebelum bertemu denganmu, ia sudah bertemu dengan banyak orang lain? dan bukankah belum tentu ia menganggapmu sebagai satu-satunya?

Ketika kau sangat nyaman berbicara dengannya, bolehkah kau mengatakan ia memberi harapan? Padahal ia hanya membalas perbincangan karena ia merasa tidak enak denganmu.

Ketika ia bercerita tentang seseorang yang sangat ia cintai, bolehkah kau merasa bahwa itu dirimu? Padahal ia sedang membayangkan orang lain yang lebih sempurna ketika ia menceritakannya.

Ketika kemudian sakit yang kau rasakan karena pengharapan yang terlalu besar, apakah itu salahnya? Padahal tak pernah sedetikpun ia merasakan hal yang sama denganmu.

Bagaimana seharusnya kita mengartikan cinta? Satu sisi kau mencintai, tapi sisi lain tidak pernah terpikir olehnya untuk mencintaimu. Di satu sisi kau berharap, tapi di sisi lain ia tidak menangkap dengan jelas maksudmu.

Kemudian kau bersikeras bahwa semua ini salahnya karena membuatmu berharap terlalu banyak. Bukankah selama ini tidak pernah ia mengucapkan 3 kata yang sangat ingin kau dengar? Lalu kenapa kau mempersalahkannya?

Ketika kau merintih memanggilnya dalam diam karena kau tahu ia tidak akan kembali dalam hari-harimu, untuk siapa tangisan itu mengalir deras? Ia bahkan tidak akan dapat melihatnya.

Ketika kau menyadari bahwa dirimulah yang selama ini salah, kau biarkan sesal itu menutup matamu dan cinta yang kau pendam hanya berakhir menjadi bulir-bulir air mata yang tak berarti. Siapa yang salah?





regards,
neneng