Lebih Bodoh dari Tupai
Tidak ada tupai yang jatuh pada
lubang yang sama untuk yang kedua kalinya. Itu artinya, aku lebih bodoh dari
tupai. Karena aku jatuh lagi pada lubang yang sama. Lubang yang menyebut
dirinya.. cinta.
Aku jatuh cinta lagi padanya
untuk yang kedua kalinya. Setelah air mata dan semua usaha yang sia-sia, cinta
itu tidak letih sama sekali menyerangku. Ada yang menarikku untuk selalu
mendekatinya. Entah apa.
Lagu cinta yang semakin membuatku
tersiksa, tidak hentinya mengalun bahkan ketika aku sedang terhanyut dalam alam
mimpi. Ia dan lagu-lagu yang kuputar ketika mengingatnya, ada disana.
Ia, atau juga perasaan ini selalu
bisa membuatku tidak berdaya. Ketika ia muncul, konsentrasiku porak poranda. Hancur
karena dahsyatnya pengaruh tatapan matanya yang biasa padaku.
Tapi kami bersahabat. Sebuah status
hubungan yang kadang kala menjadi penghambat paling akurat dalam munculnya
perasaan ini. Setelah semalam ia muncul lagi di mimpiku, sekuat tenaga aku
berdoa supaya Tuhan kiranya mau menghapus perasaan ini dari dalam diriku.
Ini sama sekali tidak
menyenangkan. Bahkan tupai saja akan menertawakan kebodohanku. Ini sudah pernah
terjadi sebelumnya, tidak akan kubiarkan ia membuatku menyerah begitu saja.
Tapi tetap saja, aku selalu masih
mengharapkannya benar-benar suatu saat nanti merasakan hal yang kurasakan
hingga membuatku hampir gila ini. Ratusan lagu seolah mengarahkanku padanya. Selalu
begitu.
Dan bahkan ketika ia sedang
berbincang singkat dengan gadis lain, aku menahan kuat-kuat tetesan air mata yang
menggenang banyak-banyak di pelupuk mata sebelum jatuh ke pipi.
Ia, dan semua tentangnya hanya
akan membuatku menjadi buta dan bodoh melebihi tupai. Padanya, aku jatuh untuk
yang kedua kalinya.
regards,
neneng
Post a Comment