Raise Your Glass

Neneng Uswatun Hasanah Reply Sunday, July 21, 2013
Gelas di tangan kananku tak berhenti kuketuk-ketuk dengan kuku palsu yang kupasang untuk malam ini saja. Kakiku terus melangkah perlahan mengelilingi ruangan yang sangat luas ini, tapi tidak juga mataku bisa lepas dari apa yang semenjak tadi menjadi perhatianku.

So, what am I celebrating here?

Genggaman tangan mereka tidak akan lepas meski bagaimanapun tatapan mataku mencoba mematahkan salah satu tulang yang dilapisi kulit milik satu dari mereka. Betapa justru hatiku yang sudah patah berkeping-keping sejak aku memasuki ruangan dan menemukan pemandangan yang amat kuhindari.

Jadi ketika seorang pelayan berseragam yang membawa nampan berisi beberapa gelas minuman melewatiku, kuambil satu sebagai pengalih perhatian kemudian mulai berkeliling kemana kakiku mengarah. Jauh, jauh dari mereka.

Untung saja aku adalah tipe orang yang pintar menyembunyikan perasaan. Setidaknya dulu aku begitu, entahlah apakah sekarang aku masih punya kemampuan tersebut. Tapi yang jelas, kali ini aku harus menghindar.

Ada yang tertinggal dan harus kuucapkan pada keduanya. Suatu hal yang tidak pernah tersampaikan dan mungkin selamanya akan menjadi rahasiaku saja. Sesuatu yang mungkin akan merusak persahabatanku dengan keduanya jika kukatakan itu dulu ataupun sekarang. Hal yang kemudian berkali-kali urung kuungkapkan karena konsekuensinya yang begitu besar.

They are my best friends, I’m not gonna hurt any of them.

Setidaknya tidak sekarang ketika mereka sedang berbahagia dan entah bagaimana aku jatuh terpuruk dan tenggelam dalam luka. Maka kulanjutkan berkeliling dan menyapa yang lain tanpa pernah menunjukkan diriku sedikitpun pada keduanya. That holding hands...

If I could, I would love to erase this feeling from me years ago. But I couldn’t.

Tidak pernah sedikitpun aku berpikir akan jatuh terlalu dalam bahkan setelah selewat bertahun-tahun sejak pertama kali rasa itu datang tanpa permisi dan tangis yang mengiringi karena sesak yang datang terus menerus pun sama sekali tidak kenal permisi sedikitpun.

Suara yang memanggilku dari kejauhan sontak menghancurkan pertahanan yang sudah kususun rapi-rapi. Lambaian tangan keduanya mengarah kepadaku yang berada di sisi ruangan yang maat berbeda tapi masih bisa dengan jelas melihat tangan mereka yang lain saling terpaut satu sama lain. Aku tersenyum seadanya dan mengacungkan gelasku sebagai ganti lambaian tangan.

Ketika pelayan lain kemudian lewat di sampingku, dengan cepat kuletakkan gelas yang belum juga berkurang isinya itu dan segera keluar dari ruangan sebelum udaranya semakin menyesakkan napasku.

How far can my feet take me away from here? Sementara lututku semakin lama semakin melemas seperti kehilangan tulangnya secara tiba-tiba. Air mata banyak-banyak mulai mengalir seiring dadaku naik turun tak karuan. Tak kusangka efeknya masih separah ini bahkan setelah sekian lama. Seharusnya aku tahu perasaan ini hanya akan menghancurkanku di setiap detik keberadaannya, tapi aku nampaknya terlalu picik untuk sekedar berpaling dan pergi secepat yang aku bisa. Bertahun-tahun yang lalu..


---

Cerpen Indonesia






regards,
neneng

Post a Comment

Hey, It's Me! :)

My photo
I'm a girl, I'm a riot, I'm a dreamer. nice to meet you :)

Search

Instagram

Them :)

Categories

story (26) hobby (18) love (16) hobi (15) me (15) renungan (14) you (14) privasi (10) us (9) him (7) secret (7) indonesia (6) oneshot (6) cerpen indonesia (5) kumpulan cerpen (5) picture (5) poem (5) cerita pendek (4) download (3) biodiversitas (2) gossip girl (2) photography (2) sepi (2) Portugal (1) college (1) fauna (1) future (1) jurnal (1) review (1) scylla (1) subtitle (1) year (1)

Most Wanted :)